Monday 18 July 2016

Kelainan Pupil Mata

Penyinaran terhadap salah satu mata pada orang normal akan menyebabkan kedia pupil berkonstriksi. Reaksi pupil pada mata yang disinari secara langsung disebut respon direk/langsung sedangkan reaksi pupil pada mata sebelahnya disebut respon konsnsual. Hal tersebut diatas terjadi karena adanya hemidekusatio pada jaras pupilomotor di chiasma dan batang otak Penyinaran dengan sinar yang redup pada salah satu mata pada orang normal akan menyebabkan kedua pupil berkontriksi. Sinar yang lebih terang akan menyebabkan kontraksi yang lebih kuat. Bila setelah menyinari satu mata, sinar secara cepat dipindahkan ke mata satunya, respon yang terjadi adalah kontriksi kedua pupil diikuti redilatasi. Bila sinar dipindahkan ke sisi yang satu, reaksi yang sama juga terjadi. Gangguan pada N.optikus dapat mengakibatkan gangguan relatif jaras eferen pupil (pupil Marcus Gunn). Tes yang digunakan dinamakan tes penyinaran secara alternat (swinging test), dimana bila mata yang sehat disinari cahaya kedua pupil akan berkontraksi, kemudian re-dilatasi perlahan. Bila cahaya dipindahkan ke mata yang sakit, konstraksi kedua pupil berkurang atau tidak ada re-dilatasi yang lebih lama dapat terjadi. Yang dapat menyebabkan gangguan relatif jaras eferen pupil: penyakit N.optikus unilateral atau bilateral dimana terkenanya kedua saraf tidak sama beratnya, penyakit retina, ambliopia, gangguan traktus optikus bila menyebabkan gangguan lapang pandang yang satu lebih berat dari yang lain.

 1. Epilepsi pada otak tengah N.III dapat terkena demikian juga jaras pupilomotor yang terkena adalah jaras dimana N.okulomotor keluar dari batang otak. Pupil menjadi kurang bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi,terdapat gangguan bola mata, ptosis danukuran pupil cenderung mid-dilatasi
 2.Gangguan pada jaras eferen pupilomotor Jaras eferen yang terkena adalah antara fraktus optikus danNc.Edinger Westphal. Ada 3 sindroma yang penting, yaitu:
 a. Pupil Argyll Robertson, terjadi pada pasien dengan sifilis tertier yang mengenai susunan saraf pusat. Gejala:
 -Pupil besar, sering ireguler
 -Tidak bereaksi terhadap cahaya tetapi bereaksi terhadap akomodasi
 -Sering disertai iris atrofi Pemeriksaan tambahan Fluorescent Treponemal Antibody Absorbtion Test (FTA-ABS).
 b. Sindroma Parinaud’s dorsal midbrain. Kelainan terletak pada jaras eferen pupilomotor di pretektal setelah meninggalkan traktus optikus>
 Gejala:
 -Diameter pupil besar
 -Reaksi cahaya kurang baik tetapi respon akomodasi baik
 -Hipgaze paralisis, convergence retraction nystagmus, skew deviation hd retraction Etiologi tumor pineal, stroke, multiple sklerosis, hidrosefalus
 c. Gangguan jaras eferen pupil pretektal Lesi pretektal sering u nilateral atau bilateral tetapi satu sisi lebih terkena dari yang lain. Kelainan respons pupil seperti lesi pada traktus optikus

 3.Lesi pada saraf parasimpatetik
 a.Kelumpuhan N.okulomotor bersamaan dengan saraf parasimpatetik. Gejala gangguan pupil (pupil    midralis, reflek cahaya terganggu) disertai ptosis dan terbatasnya gerakan bola mata. Bila kelumpuhan sempurna, ukuran pupil tergantung sepenuhnya stimulan simpatik Etiologi hernia unkus, meningitis basalis b.Midriasis oleh sebab trauma Trauma dapat merusak m.sfinneger pupillae dan midriasis, pada awalnya dapat terjadi miosis. Sering terjadi bersamaan dengan trauma kapitis, sehingga sering salah diagnosa sebagai herniasi otak.
 c.Midrialis farmakologik Gejala pupil dilatasi dan gangguan reaksi terhadap cahaya dan akomodasi. Dengan pemberian Pilocarpine 0,5% -1%, konstriksi pupil minimal, sedang pada parese N.III dan Pupil tenik dengan pemberian pilocarpine terjadi konstriksi pupil.
 d. Pupil tonik (Adie’s sindroma) Terjadi respon cahaya yang terganggu dan respons akomodasi yang normal dandilatasi yang lambat setelah akomodasi. Terjadi 70% pada wanita, unilateral pada 80% kasus, 4% kasus dapat menjadi bilateral. Pada stadium awal pupil dilatasi dansangat reaktif. Pada slit lamp dapat terlihat beberapa segmen sfineter berkonstriksi, dengan refiksasi pada penglihatan jauh dan redilatasi pupil yang lambat. Anisokor dapat terlihat pada respon akomodasi, dimana pupil yang tonik, setelah upaya akomodasi, fokus ulang terhadap penglihatan jauh dapat terhambat. Dapat terjadi fotofobi, reflek KPR/APR yang menurun, reflek tendon dalam terganggu. Pupil tonik sangat sensitif terhadap parasimpatomimetik topikal (methacholie 2,5%, pilocarpine). Konstriksi pupil lebih hebat pada pupil tonik dibandingkan mata normal dan dapat mengakibatkan nyeri karena spasme M.siliaris Pada pemeriksaan ganglion siliaris terdapat pengurangan jumlah sel ganglion. Etiologi tidak diketahui. Beberapa kondisi yang menyebabkan pupil tonik antara lain, herpes zooster, varicella arteri, tis tempotralis, sifilis.

Wednesday 13 July 2016

Mengenal Kaki Bengkok Pada Anak


orang tua sering cemas ketika menyadari kaki atau lutut bayinya bengkok. Tidak sedikit yang datang ke dokter karena keluhan bayinya dengan lutut bengkok. Ada juga mitos yang menyebutkan bahwa lutut bengkok pada bayi akibat tidak dibedong. Apakah lutut bengkok pada bayi normal ? dan  benarkan mitos tersebut?

Tahukah Anda bahwa sebenarnya semua bayi lahir ke dunia dengan lutut bengkok, yaitu kedua tumit saling mendekat dan kedua lutut saling menjauh sehingga terlihat seperti huruf O. Normalnya, bayi terlahir dengan keadaan lutut bengkok sampai usia 3 tahun. Orang tua biasanya menyadari bahwa lutut anaknya bengkok saat anak berusia 12-18 bulan yaitu ketika anak mulai belajar berjalan.
Nah, jadi jika Anda memiliki bayi dengan lutut bengkok kemungkinan besar merupakan hal yang normal. Namun, ada juga lutut bengkok pada bayi yang disebabkan oleh kelainan medis, misalnya blount disease,cerebral palsy, penyakit riketsia, atau skeletal dysplasia yang membutuhkan penanganan medis lebih lanjut.  Oleh karena itu, orang tua harus mengetahui tanda bahaya lutut bengkok pada bayi. Jika terdapat salah satu tanda bahaya lutut bengkok pada bayi, sebaiknya orang tua datang ke dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut.

Apa saja tanda bahaya lutut bengkok pada bayi?

  1. Lutut bayi masih bengkok sampai di atas usia 3 tahun
  2.Bengkok lututnya tidak simetris, yaitu ada sisi baik kanan maupun kiri yang lebih bengkok.
 3. Progresif, yaitu semakin bertambahnya usia, semakin terlihat bengkok. Mengetahui apakah lutut bayi        semakin bengkok atau tidak, dapat dilakukan oleh orang tua. Caranya adalah dengan merekam anak saat berjalan. Anak direkam saat berjalan mendekati dan menjauhi orang tuanya. Video berfokus pada gerakan ibu jari kaki, lutut dan panggul. Orang tua sebaiknya merekam cara berjalan anak ini minimal 6 bulan sekali. 4. Anak memakai pampers atau celana pendek saat direkam sehingga terlihat ibu jari dan lututnya.
   5.  Lutut bayi terlihat sangat bengkok, yaitu sudut antara tulang paha dan betis lebih dari 15 derajat.
   6.  Adanya gangguan aktivitas, misalnya terlihat anak lebih dominan menggunakan kaki kanan.
   7.  Lutut bengkok disertai dengan perawakan pendek.
    8. Jika bayi Anda dengan lutut bengkok dan memiliki salah satu tanda bahaya dari 6 hal yang disebutkan di atas disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

Lalu, benarkah bedong dapat mencegah lutut bengkok pada bayi?Di atas sudah disebutkan dengan jelas bahwa baik dibedong atau pun tidak, secara normal seluruh bayi lahir dengan lutut bengkok. Jadi, bedong tidak bermanfaat untuk meluruskan lutut. Bedong pada bayi yang terlalu kencang dan kuat justru dapat menyebabkan panggul bergeser. Jika anda sudah terbiasa membedong bayi anda dengan alasan supaya bayi lebih hangat boleh saja asalkan saat dibedong panggul bayi tetap dapat bergerak bebas.

Selain lutut bengkok, pada bayi juga sering ditemui kaki bengkok. Kaki bengkok pada bayi yaitu daerah kaki dari mulai pergelangan kaki hingga ke bawah memutar atau bengkok ke arah dalam. Dalam bahasa medis disebut dengan club foot. Kaki bengkok atau club foot merupakan keadaan yang sudah ada sejak lahir.

Mengapa ada bayi yang lahir dengan kaki bengkok?

Kaki bengkok pada bayi baru lahir bisa merupakan kondisi postural atau bisa juga merupakan kelainan struktural.

Pada clubfoot postural kaki bengkok pada bayi disebabkan oleh karena posisi bayi di dalam rahim si ibu. Biasanya bayi yang lahir sebagai anak pertama dengan ukuran besar. Pada keadaan ini tidak ada kelainan struktural pada kaki bayi. Jika tidak ada kelainan struktural, kaki bengkok akan membaik dalam waktu 2 sampai 3 minggu.

Pada kasus clubfoot yang merupakan kelainan structural dibutuhkan pertolongan medis. World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa penatalaksaan structural clubfoot yang mengikuti metode Ponseti dapat mencapai angka keberhasilan 98% bila dilakukan secara dini, dilakukan oleh dokter yang kompeten, tidak ada gangguan tumbuh kembang dan dilakukan dengan melaksanakan seluruh protokal metode Ponseti dengan paripurna. Protokol Ponseti adalah koreksi kelainan bentuk pada kaki depan dan tengah dengan menggunakan gips serta bila perlu melakukan operasi dengan sayatan 1 cm untuk koreksi kaki belakang. Protokol Ponseti juga mensyaratkan pemakaian sepatu Dennis Browne selama 23 jam pada 3 bulan pertama dan pemakaian sepatu Dennis Browne selama 12 jam sejak usia 4 bulan sampai 4 tahun. Pemakaian sepatu 12 jam artinya sepatu hanya dipakai malam hari si anak tidur, sedangkan siang hari si anak bebas beraktifitas tanpa sepatu khusus.

Bagaimana cara membedakan kaki bengkok pada bayi yang disebabkan oleh kelainan struktur dan yang bukan karena kelainan struktur?

Pada kaki bengkok akibat posisi dalam rahim, ketika telapak kaki bayi disentuh dengan halus atau dirangsang maka bengkoknya akan berkurang sedangkan pada kelainan struktur, bengkok tidak akan berkurang walaupun diberikan rangsangan pada telapak kaki bayi.


Narasumber : DR.Dr.Aryadi Kurniawan,Sp.OT (K)

Tuesday 12 July 2016

Penatalaksanaan Kejang Pada Anak



1.     Berikan diazepam secara rectal
1.      masukkan satu ampul diazepam ke dalam spuit 1ml. sesuaikan dosisi dengan berat badan anak bila memungkinkan { lihat table }, kemudian lepaskan jarumnya.
2.      Masukkan spuit ke dalam rectum 4-5 cm dan injeksikan larutan diazepam
3.      rapatkan kedua bokong anak selama beberapa menit
Umur / Berat Badan Anak
Diazepam diberikan secara rectal
( larutan 10 mg/2ml )
Dosis 0.1 ml/kg ( 0,4 – 0,6 mg/kg)
2 minggu s/d 2 bulan (<4kg)
0,3 ml (1,5mg)
2-<4 bulan (4-<6kg)
0,5 ml ( 2,5mg)
4- < 12 bulan (6-<10kg)
1,0 (5 mg)
1-<3tahun (10-<14kg )
1,25 ml (6,25 mg )
3-<5 tahun (14 -19 kg)
1,5 ml (7.5 mg)





Jika kejang masih berlanjut setelah 10 menit, berikan dosis kedua secara rectal atau berikan diazepam IV 0,05 ml/kg (0,25-0,5 mg/kgBB,kecepatan 05 -1 mg/menit atau total 3-5 menit ) bila infuse terpasang dengan lancar

Jika kejang berlanjut setelah 10 menit kemudian, berikan dosis ketiga diazepam ( rectal/IV), atau berikan fenitoin iv 15 mg/kgbb ( maksimal kecepatan pemberian 50 mg/menit, awas terjadi aritmia ) atau fenobarbital iv atau im 15 mg/kgbb ( terutama bayi kecil )
  1. rujuk kerumah sakit dengan kemampuan lebih tinggi yang terdekat bila dalam 10 menit kemudian masi terjadi kejang (untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut status konvulsi )
  2. jika anak mengalami demam tinggi
  3. kompres dengan air biasa ( suhu ruangan ) dan berikan paracetamol secara rectal
   ( 10-15mg/kgbb)
  1. jangan memberikan pengobatan secara oral sampai kejang bias tertanggulangi
( bahaya aspirasi )
  1. gunakan fenobarbital ( larutan 200mg/ml) dalam dosis 20mg/kgbb untuk menanggulangi kejang pada bayi berumur <2 minggu
  2. berat badan 2 kg – dosis awal 0,2 ml, ulangi 0,1 ml setelah 30 menit bila kejang berlanjut
  3. bert badan 3 kg – dosis awal 0,3 ml, ulangi 0,15 ml setelah 30 menit bila kejang berlanjut

Monday 11 July 2016

5 Cara Tidur Lebih Baik



Hasil gambar untuk sleep

Kebanyakan remaja membutuhkan sekitar 8 ½ lebih dari 9 jam tidur setiap malam. Tapi sekitar 1 di 4 remaja memiliki kesulitan tidur. Kurang tidur dapat mempengaruhi segala sesuatu dari emosi kita dengan seberapa baik kita fokus pada tugas-tugas seperti mengemudi,olahraga,sakit, dan mungkin terkait dengan kenaikan berat badan pada beberapa orang.

Bagaimana kita bisa mendapatkan tidur yang kita butuhkan?
 Berikut adalah beberapa ide:

   1. 
Jadilah aktif di siang hari.  Anda mungkin telah  banyak melihat bagaiman anak – anak bermain tanpa henti, melakukan berbagai atifitas dan melihat mereka nyenyak saat mereka tidur.. Aktivitas fisik dapat mengurangi stres dan membantu orang merasa lebih santai. Hanya tidak bekerja terlalu dekat dengan waktu jam  tidur karena aktifitas dapat membangunkan Anda sebelum memperlambat Anda.

Hasil gambar untuk aktivitas dewasa     Hindari alkohol dan obat-obatan. Banyak orang berpikir bahwa alkohol atau obat-obatan akan membuat mereka santai dan mengantuk, tapi itu tidak terjadi. Obat-obatan dan alkohol mengganggu tidur, meningkatkan kesempatan seseorang bangun di tengah malam.

   2. Mengatakan selamat malam untuk elektronik anda. Para ahli merekomendasikan menggunakan kamar tidur untuk tidur saja. Jika Anda tidak dapat membuat kamar tidur Anda zona teknologi bebas, setidaknya menutup semuanya satu jam atau lebih sebelum lampu dimatikan. Hasil gambar untuk not media socialTidak ada yang mengatakan, "Bangun, sesuatu telah terjadi!" seperti dengungan teks atau ping dari media social.

    3. Menjaga rutinitas tidur. Pergi tidur pada waktu yang sama setiap malam membantu tubuh untuk tidur. Membuat rutinitas set tidur dapat meningkatkan efek relaksasi ini. Hasil gambar untuk tidur teratur Jadi bersantai setiap malam dengan membaca, mendengarkan musik, menghabiskan waktu dengan hewan peliharaan, menulis dalam sebuah jurnal, bermain Sudoku, atau melakukan hal lain yang membuat Anda santai.

    4.Berharap tidur malam yang baik. Stres dapat memicu insomnia, sehingga semakin Anda tidur terlalu malam, semakin besar risiko Anda akan berbaring menatap terjaga di langit-langit. Alih-alih khawatir bahwa Anda tidak akan tidur, ingatkan diri Anda bahwa Anda bisa. Mengatakan, "Malam ini, saya akan tidur dengan baik" beberapa kali dalam sehari. Hal ini juga dapat membantu untuk berlatih latihan pernapasan atau lembut pose yoga sebelum tidur.
Hasil gambar untuk tidur teratur
Setiap orang memiliki malam tanpa tidur sesekali. Tetapi jika Anda secara teratur mengalami kesulitan tidur dan Anda berpikir itu mempengaruhi suasana hati Anda atau kinerja, berbicara dengan dokter Anda.

Sunday 10 July 2016

Physician Dies After Patient Attack in Dallas Hospital



ony Lee Cason, a burly patient at Timberlawn Mental Health System in Dallas, Texas, was standing outside his room at 1 pm on June 30 when Ruth Anne MarDock, MD, rounded a hallway corner and met him face to face.
The 55-year-old Cason had just heard that he was being transferred to another facility, "which appeared to upset him," according to a Dallas police report. Six feet tall and weighing 213 pounds, he "violently tackled" the petite Dr MarDock, some 8 inches shorter, and slammed her to the floor.
She struck her head, lost consciousness, and died 2 days later. Cason now faces manslaughter charges.
Things might have been different, however, had the state of Texas carried out its threat to shut down the 99-year-old hospital over safety issues involving not clinicians but patients.
Her death highlights the outsized threat of workplace violence directed against physicians, nurses, and other healthcare workers, who experience 50% of all job-related assaults, according to the US Bureau of Labor Statistics. The risk for violence is even higher for workers in inpatient psychiatric facilities, a number of studies have found.
"Your first duty is to protect yourself," said psychiatrist Catherine Fontaine, MD, who worked with Dr MarDock at Timberlawn until late 2014. "If you're not there to take care of anyone, who will?
"You have to be alert. You don't wear scarves around your neck when you walk into a patient's room. You watch your back."
Physicians wary of workplace assaults also have to watch hospital administrators, who make decisions that directly bear on security. The Occupational Safety and Health Administration said in a 2015 report that the risk for violence in healthcare facilities goes up when they are understaffed, when workers are poorly trained in recognizing and managing hostile and assaultive behavior, and when turnover is high.

 Hasil gambar untuk Dallas Hospital
Booted Out of Medicare and Medicaid
Timberlawn is owned by Universal Health Services (UHS), a publicly traded operator of 230 behavioral health facilities, 24 acute-care hospitals, and a smattering of surgical hospitals, radiation oncology centers, and freestanding emergency departments. Headquartered in King of Prussia, Pennsylvania, UHS earned $680 million on revenues of $9 billion in 2015.
Critics of its 200-odd psychiatric hospitals accuse it of understaffing and skimping on worker training — jeopardizing patient and worker safety in the process — to fatten the bottom line. Unsafe conditions at its facilities have been the subject of newspaper investigations in Chicago, Boston, and Dallas as well as federal and state probes.
In its defense, UHS points to an average patient satisfaction score of 4.47 out of 5, a higher percentage of top performing facilities compared with its competitors, as judged by the Joint Commission, and a 100% success rate for hospital reaccreditations in its history, among other kudos.
In the course of treating some 2.5 million patients per year, "irregular and unpredictable events occasionally occur, including instances of alleged noncompliance with regulatory requirements," UHS told the Dallas Morning News earlier this year.
Hasil gambar untuk TIMBERLAWN
Acquired by UHS in 1997, Timberlawn was once a prestigious institution where rich, private-pay patients came for psychoanalysis and long-term stays. "Timberlawn is for the maladjusted wealthy bourgeoisie," a former patient quipped in a Texas Monthly article in 1976
Today's patient base has broadened to include the poor, the uninsured, and those brought in by the police for an involuntary evaluation because they may pose a risk to themselves or others. The decision about 6 years ago to accept police pickups off the street "upped the ante in terms of safety issues," said Dr Fontaine. "Of course, nobody asked us."
Timberlawn has run afoul of its biggest payer, the Centers for Medicare & Medicaid Services (CMS). In August 2015, the CMS booted Timberlawn out of Medicare because of "deficiencies that represented an immediate jeopardy to patient health and safety." The decision followed an investigation triggered by the December 2014 suicide of a 37-year-old female patient who hanged herself from a closet doorknob. The CMS said the patient wasn't watched carefully enough and that Timberlawn knew doorknobs posed a "ligature risk." The CMS spotted similar violations in 2015, including the failure to protect a 10-year-old girl who suffered a head injury when she was assaulted by two teenagers.
Hasil gambar untuk TIMBERLAWN
Following the lead of the CMS, the Texas Medicaid program dropped Timberlawn as well. The hospital has reapplied to participate in Medicare and Medicaid. It's maintained that the loss of government reimbursement would force it to shut down. Timberlawn has managed to stay open, but only by laying off employees and curtailing services.
The choice of staying open may be out of the hospital's hands, though. After investigating patient protection issues there, the Texas Department of State Health Services (DSHS) told Timberlawn in December 2015 that it was going to revoke its license and fine it $1 million. The state has yet to pull the trigger on its decision.
"We are evaluating the results of our recent visits to Timberlawn and any other new information before we finalize our next steps," DSHS spokesperson Carrie Williams told Medscape Medical News. Williams noted that her agency was aware of Dr MarDock's death.
When asked if her death confirmed the determination by the CMS and Texas that the hospital was not safe, Timberlawn CEO James Miller said no.
"Our initial evaluation indicates that all appropriate procedures, practices and protocols were in effect at the time of this tragic event including appropriate staffing levels," Miller said in an email to Medscape Medical News.
In a separate statement, Timberlawn called Dr MarDock "a woman of unparalleled integrity and great character with an endless compassionate and giving heart.
"Dr MarDock was an extremely valued member of the hospital who will be missed by all," the hospital said. "Timberlawn Mental Health System remains dedicated and committed to its mission of providing the highest quality of care to patients with special, and sometimes complex, mental health needs."
"She Wanted to Get Timberlawn Back on Its Feet"
The daughter of Julian MarDock, MD, a prominent Dallas physician, she earned an MD at the University of Texas Health Science Center in San Antonio and completed a psychiatry residency at Timberlawn. She worked there from 1985 through 1990, returning there for good in 2003, according to her obituary in the Dallas Morning News.
She practiced outpatient psychiatry at ABC Behavioral Health, where she enjoyed a close bond with patients, so much so that they "never minded waiting to see her," said Myrl Humphries, its president and CEO. "That is unusual with the clients. Mostly they hate to wait — except for her." Dr Catherine Fontaine remembered her as "warm and empathic, easy to talk to."
Mark Unterberg, MD, a former executive medical director at Timberlawn, called Dr MarDock "an excellent physician" and a "consummate professional."
"She [treated] that population of people who have addictions, homeless men and women, people who have poor control over their impulses," Dr Unterberg told Medscape Medical News. "She seemed dedicated to working with them. Not everyone wants to."
Dr Fontaine recalled a therapist once remarking that Dr MarDock — and herself — were "mavericks in a man's world," referring to inpatient psychiatry and its volatility. "Dr MarDock showed that a woman can do it," said Dr Fontaine.
Even though she had other career options, Dr MarDock chose to remain at Timberlawn, "which was a pretty rough place," she said. "She wanted to get Timberlawn back on its feet."
On the job, Dr MarDock was an efficient sort who did not waste time making small talk with her colleagues, said Dr Unterberg, her former boss. "She came in and focused on patients, charts, and what needed to be done."
But if she struck some as quiet and reserved at the hospital, Dr MarDock displayed a livelier side elsewhere. She played the ukulele, took scriptwriting classes, enjoyed dancing, and threw parties with her husband, film producer Joe Dishner. Dr Fontaine recalled the "artistic types" in attendance. "You had this feeling of avant-garde," she said.
A friend of Dr MarDock put it this way in a remembrance published in the Austin Chronicle: "She is intimate with all, the best and the brightest, the lunatic fringe and the almost dangerous."
In addition to her husband, she is survived by her son George Dishner and her daughter Emma Dishner, MD.